Lanjutan
“Kado Untuk Tiara”
Esok
harinya, sekitar pukul 4 subuh, cowo itu pun mengucapkan selamat ulang tahun
kepada Tiara lewat sms, dan di dalam sms itu, sang cowo langsung
mengutarakan perasaannya kepada Tiara. Namun, Tiara baru membaca sms itu
setalah ia terjaga dari tidurnya yang nyeyak. Dan,
Tiara pun kemudian membaca sms itu dengan perasaan yang berbunga-bunga, sebab
orang yang ia cintai, sukai, kagumi, dan ia butuhkan mengutarakan perasaannya
saat Tiara sedang berulang tahun. Alangkah senang hati Tiara mendapat kejutan
dari cowo itu. Tak kiranya Tiara bersyukur atas apa yang ia dapatkan itu.
Kemudian
Tiara segera membalas sms dari cowo itu, dan Tiara jawab “Makasih ya ka sudah
ngucapin selamat untuk Tiara & Tiara mau kok pacaran sama kaka.”
“Iya
sama-sama, hehehehe..... beneran mau nih dhe-dhe pacaran sama kaka ?” jawab
cowo itu memastikan.
“Beneran
kok ka !!” jawab Tiara lagi.
Sejak pagi
itu, mereka berdua jadian. Kemudian layaknya orang yang baru kenalan, mereka
terus mencoba saling mengenal satu sama lain. Dan, mereka juga selalu bersikap
terbuka agar dapat saling memahami. Tapi satu hal yang membuat mereka berbeda
jauh, yaitu keadaan ekonomi mereka. Tiara yang hadir dalam cowo itu bukanlah
orang biasa, dia adalah anak seorang pengusaha sukses di Jakarta, dengan
bergelimpah kekayaan yang banyak, berbanding terbalik dengan keadaan pacarnya,
cowo itu hanyalah anak seorang pegawai biasa yang dibesarkan di sebuah kota
kecil di daerah Bali. Tapi
semua perbedaan yang melekat pada mereka berdua, tidak berarti apa-apa dengan
kasih & sayang yang mereka berdua miliki. Tak ada lagi
kekosongan di hati mereka berdua, karena mereka kini sudah saling melengkapi.
Seminggu
sudah Tiara menjalin hubungan dengan cowo itu, meski Tiara sadar & tahu bahwa
dia gak mungkin untuk menemui cowo itu secepatnya, tetapi Tiara tetap setia
kepadanya. Hampir tiada hari tanpa sms atau telpon dari cowo itu, setidaknya
itu dapat menghibur suasana hati Tiara yang sedang kesepian dan merana.
Sejak
orang tuanya sibuk dengan urusan bisnis, Tiara merasa ada yang kurang
dihidupnya. Tak ada kasih sayang sehangat dulu, seperti saat kecil. Kini, Tiara
tinggal bersama pembantu & supirnya saja. Orang tuanya jarang sekali
menemui Tiara, kadang hanya sebulan sekali atau dua bulan sekali. Meski dia
bergelimang harta, tapi apa artinyalah itu tanpa kasih sayang orang tua.
Malam itu, seperti biasanya
Tiara sms-an dengan pacarnya. Entah kenapa malam itu Tiara merasa mual dan
pusing, tapi dia
tidak memberi tahu
pada pacarnya. Hanya pembantunya
yang tahu, kemudian pembantunya mengabarkan hal
tersebut kepada orang tua Tiara.
“Selamat malam Tuan, ini saya
Iyem” ucap pembantu Tiara.
“Iya, ada apa Yem telpon saya”
sahut ayahnya Tiara.
“Non Tiara sakit Tuan!” balas
Iyem.
“Tiara sakit? Sakit apa dia,
setahu saya dia baik-baik saja” jawab ayah Tiara.
“Non Tiara udah beberapa hari
ini gak mau makan, kalau pun dia mau makan, non Tiara makannya hanya sedikit
saja.” sahut Iyem.
“Kenapa dia gak mau makan
beberapa hari ini ?” jawab ayah Tiara.
“Katanya, non Tiara kangen
sama Tuan & Nyonya.” jawab Iyem lagi.
“Sebenarnya saya kasihan sama
dia, tapi sekarang saya lagi sibuk banget dengan pekerjaan saja, saya cuma titip salam saja ya bi sama Tiara.” balas ayah Tiara.